Aksi Pembagian Masker di Buluri, Protes Debu Tambang Galian C Palu-Donggala

Aksi Pembagian Masker di Buluri, Protes Debu Tambang Galian C Palu-Donggala
Koalisi Petisi Palu-Donggala menggelar aksi pembagian masker di sekitar Sungai Nggolo Kelurahan Buluri, Kota Palu, pada Selasa (21/05/2024). (Foto: Koalisi Petisi Palu-Donggala)

PALU, KABAR SULTENG – Koalisi Petisi Palu-Donggala menggelar aksi pembagian masker di sekitar Sungai Nggolo Kelurahan Buluri, Kota Palu, pada Selasa (21/05/2024). Aksi ini sebagai upaya merespon keluhan warga yang terpapar debu selama bertahun-tahun akibat aktivitas perusahaan pertambangan galian C Palu dan Donggala.

Arman Seli, salah satu warga Buluri mengatakan, aksi pembagian masker ini dilatarbelakangi oleh keluhan warga yang telah lama menderita akibat debu tambang. Menurutnya, debu telah menjadi momok bagi masyarakat sekitar.

Baca juga: Debu Tambang Selimuti Pesisir Palu Donggala, Pemerintah Didesak Evaluasi Kegiatan Pertambangan

“Awalnya, saya membuat petisi online mendesak Perusahaan galian C di Palu dan Donggala agar tertib terhadap lingkungan hidup,” kata Arman, yang juga Wakil Koordinator Lapangan Aksi Pembagian Masker.

Petisi tersebut mendapat respon dari berbagai organisasi masyarakat sipil dan individu, termasuk JATAM Sulteng, Walhi Sulteng, YTM, KOMIU, Himasos, Ekonesia, SP Palu, WeSpeakUp.org, Senat Mahasiswa UIN Datokarama Palu dan lainnya.

“Data dari Puskesmas Anuntodea Tipo menunjukkan bahwa lebih dari 700 orang di sekitar tambang galian C menderita ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) antara tahun 2023-2024. Ini menjadi bukti nyata dampak buruk debu tambang terhadap kesehatan masyarakat,” ungkap Arman.

Arman mendesak pemerintah, khususnya Gubernur Sulawesi Tengah dan Walikota Palu, untuk mengambil langkah kongkrit dalam mengatasi masalah ini. Dia menuntut adanya klinik kesehatan gratis bagi warga terdampak dan sanksi tegas bagi perusahaan tambang yang tidak patuh terhadap aturan pengelolaan lingkungan.

“Ke depan, selain debu hal yang tidak kalah pentingnya adalah memastikan mata air di sekitar tambang galian C tetap terjaga dengan baik,” ujar Arman.

Sementara itu, Fitri S. Pairunan, Ketua Solidaritas Perempuan (SP) Palu mengatakan ambisi pembangunan IKN yang menjadikan sulawesi tengah sebagai salah satu daerah penyangga untuk kebutuhan material dengan  pembangunan berwatak patriaki dan  karakter ekstraktif melakukan mengeksploitasi sumber- sumber kehidupan perempuan di Buluri.

“Mengorbankan kepentingan hidup perempuan dan menghancurkan kearifan, tradisi dan budaya perempuan. Aktivitas perusahaan juga menghilangkan sumber ekonomi perempuan yang sebagai pemecah batu. Kini aktivitas tersebut telah dirampas oleh teknologi-teknologi dan sistem dari perusahan yang meminggirkan perempuan,” terang Fitri.

Fitri menambahkan, bahwa aktivitas pertambangan sangat berdampak pada kesehatan perempuan, anak,  balita dan lansia  yang harus menghirup debu setiap harinya.

“Kesehatan reproduksi perempuan terancam akibat tercemarnya sumber air masyarakat dari aktivitas pertambangan. Hal yang tidak terlihat adalah pengabaian nilai pengetahuan dan pengalaman serta posisi perempuan dalam mengolah  dan menjaga alamnya melalui berbagai tradisi upacara-upacata adat,  termaksud peran dalam pengelolaan pangan dan pengetahuan pengobatan,” jelasnya.***

Ikuti juga berita menarik lainnya di saluran WhatsApp Official kabarsulteng.id klik di sini